Senin, 11 Februari 2013

KH Masduqi

KH Badri Masduqi merupakan ulama kharismatik yang memiliki jangkauan
luas dari berbagai bidang kehidupan. Wajar bila KH Tauhidullah Badri mengatakan,
bahwa KH Badri Masduqi adalah sosok multidimensi yang memiliki beragam aktivitas
mulai dari pengasuh Pondok Badridduja, Dosen Ma’had Aly serta pemimpin Thariqah
Tijaniyah di Indonesia. Semasa hidupnya KH. Badri Masduqi rajin mengisi di berbagai
forum pengajian, seminar, bahtsul masail hingga menerima tamu dari berbagai
masyarakat yang berkunjung ke rumahnya.
Dilahirkan pada tanggal 1 Juni 1942, KH Badri Masduqi sejak kecil terlihat
tanda-tanda keistimewaan. Sejak kecil, ia sudah mulai belajar membaca Al-Quran
dengan orang tuanya, Nyai Muyassaroh sekaligus memper oleh didikan yang baik dari
kakeknya, Miftahul Arifin yang tinggal di daerah Pamekasan, Madura. Pendidikan
formalnya diawali dari Sekolah Rakyat ( SR ) meski hanya sampai kelas IV
pada tahun 1950.
Pendidikan informalnya dilakukan melalui pengemba raannya ke berbagai
pesantren di Tanah Air. Beberapa pesantren yang pernah ia jelajahi adalah pesantren
Zainul Hasan, Probolinggo (1950), Pesantren Bata-Bata, Pamekasan, (1956), Pesantren
Sidogiri, Pasuruan ( 1959 ), dan terakhir di Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo (1965).
Di pesantren Bata-Bata, KH Badri Masduqi sering berpuasa dan hapal Alfiyah
Ibnu Malik dalam waktu cukup singkat. Tidak heran bila pujian banyak datang
kepadanya. Semasa mudanya, ia dikenal sebagai pemuda yang tangguh. Dia pernah
menjabat sebagai Ketua Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Anshor, Kraksaan,
Probolinggo. Saat ter jadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965,
ia juga menjadi pelopor anak muda untuk menumpas pemberontakan PKI.
Sebagai seorang kiyai, ia memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan
pesantren. Tidak heran bila aktivitas sehari-harinya ia gunakan untuk mengajar,
mendidik di pesantren Badridduja, Kraksaan, Probolinggo. Pada 1975-1977, ia mulai
berkiprah di Nahdlatul Ulama (NU). Lalu ditunjuk sebagai Rais Syuriyah Pengurus
Cabang NU Kraksaan. Selain berjuang di organisasi, ia juga aktif di jajaran Pengurus
Wilayah NU Jawa Timur. Pada 1982, misalnya, ia dikenal sebagai motor penggerak
tokoh NU: KH Mahrus Ali (Lirboyo, Kediri), KH Kholil (Bangkalan, Madura), KH As’ad
Syamsul Arifin (Situbondo), Kh Ahmad Siddiq dan lain sebagainya.
KH Masduqi juga dikenal sebagai tokoh Muqaddam Tarekat Tijaniyah. Setiap
kali tampil di berbagai forum diskusi ilmiah dan seminar, ia seringkali mewacanakan
tentang Tarekat Tijaniyah. Bukan hanya itu, berbagai kaset rekaman pun ia lakukan
dalam rangka menyebarkan ajaran tarekat Tijaniyah. Meski demikian, ia tidak lantas
bertindak konservatif. Ia dikenal sebagai tokoh moderat yang memandang masalah
melalui jangkauan pemikiran yang luas. Jelasnya, ia berdiri di atas paham
Ahlussunnah wal Jamaah yang menganut setia ajaran Nabi Muhammad beserta
sahabatnya.
Ia merupakan sosok alim yang menguasai segudang ilmu pengetahuan, baik
pengetahuan tentang agama, penguasaan kitab kuning, penguasaan masalah-masalah
hukum, maupun penguasaan bidang pengetahuan umum seperti ketajaman analisa
sosial-politiknya. Di hadapan para kiyai lainnya, ia tidak hanya dikenal sebagai
ulama yang menguasai model pendidikan dan pengajaran kitab-kitab klasik ( salaf),
melainkan juga sebagai ulama yang konsentrasi terhadap model pendidikan pesantren
modern sebagaimana yang dilakukan terhadap pesantren yang didirikannya,
Badridduja.
Pengorbanan yang dilakukannya melalui Pesantren Badridduja amatlah besar
bagi umat, bangsa dan negara. Itulah sebabnya, jasa-jasa perjuangannya yang telah
dirintis selayaknya dilestarikan dan menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia agar
senantiasa meneladani kiprah perjuangan nya yang selalu memperjuangkan
kesejahteraan umat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar