Mulai dari Tulisan ini Penulis membuat dan ingin mengembangkan kreatifitas anak muda sekaligus menambah ilmu dan berbagi bersama.
Senin, 11 Februari 2013
PERAN K H HASYIM ASY’ARI DALAM DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Mbah Hasyim Asy’ari, Berjuang sampai Mati
KH Hasyim Asy’ari di Jombang waktu malam tanggal 25 Juli 1947. Hadrotusy Syekh KH Hasyim
Asy’ari, beberapa saat selepas sembahyang tarawih 7 Ramadhan 1366 H. Tak lama kemudian, datang
dua utusan Panglima Besar Jenderal Soedirman dan Bung Tomo, pembangkit semangat perjuangan.
Salah seorang utusan itu bernama Kiai Gufron, pemimpin Sabilillah Surabaya. Keduanya
mengabarkan situasi bangsa selepas Agresi Militer Belanda I 21 Juli 1947. Karena agresi itu, wilayah
Indonesia makin menciut; tinggal selembar daun kelor. Wilayah itu cuma meliputi garis Mojokerto di
sebelah timur, dan Gombong di Kebumen. Di sebelah barat tinggal Yogyakarta sebagai pusatnya.
“Jenderal Spoor sudah merebut Singosari, Malang,” ujar perwakilan itu.
Rais Akbar Nahdlatul Ulama yang berusia 76 tahun itu kaget luar biasa. Jatuhnya kota perjuangan,
pusat markas tertinggi Hizbullah-Sabilillah –dua badan kelaskaran di bawah komando kiai-kiai NU–
Malang ini, sangat mengejutkan KH Hasyim Asy’ari.
“Masya Allah, Masya Allah!” pekiknya.
Lalu ia memegang dan menekan kepalanya kuat-kuat. Keterkejutan yang hebat ini membuatnya
pingsan.
Menurut KH Syaifuddin Zuhri dalam buku Guruku Orang-orang dari Pesantren, karena mendengar
kabar itu, KH Hasyim Asy’ari mengalami pendarahan otak. Dokter Angka yang didatangkan dari
Jombang, tidak bisa berbuat apa-apa karena keadaannya sangat parah sekali.
Kemudian menurut buku 20 Tahun Indonesia Merdeka VII yang diterbitkan Departemen Penerangan,
hal tersebut menunjukkan betapa penuhnya perhatian ulama besar tersebut akan nasib perjuangan
bangsa dan negara.
Karena situasi bangsa di bawah kekuasaan penjajah Belanda, di samping mengajar, ia turut
memikirkan dan memperjuangkan kemerdekaan. Keluar-masuk penjara pun jadi risiko.
Pada masa itu, ia mengeluarkan dua buah fatwa yang terkenal dalam sejarah. Pertama, perang
melawan Belanda adalah jihad, hukumnya wajib bagi setiap orang (fardhu ain). Kedua, melarang
kaum muslimin beribadah haji menumpangi kapal-kapal Belanda.
Pada masa penjajahan Jepang ia pernah ditahan bersama KH Mahfudz Siddiq, karena menolak
Seikerei, membungkuk 90 derajat tiap pukul tujuh pagi untuk menghormati Kaisar Jepang. Selama
empat bulan ia dipenjarakan berpindah-pindah dari Jombang, Mojokerto hingga Bubutan, Surabaya;
bercampur dengan tawanan Sekutu.
KH Hasyim Asy’ari dimakamkan di komplek Pondok Pesantren Jombang, Jawa Timur, sebagai
kusuma bangsa. Atas jasa-jasa perjuangannya, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan
gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional kepadanya.
KH Hasyim Ay’ari wafat, tapi tetap mewariskan darah pejuang kepada putra-putranya, yaitu KH
Wahid Hasyim, salah seorang perumus Pancasila dan Menteri Agama RI tiga kali. KH Choliq Hasyim
menjadi Daidanco (Komandan Batalyon Pembela Tanah Air, PETA,) KH Yusuf Hasyim aktif di Laskar
Hizbullah sebagai Komandan Kompi II. Salah seorang cucunya menjadi pejuang kemanusiaan dan
demokrasi terdepan, KH Abdurahman Wahid.
(Abdullah Alawi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar