Mulai dari Tulisan ini Penulis membuat dan ingin mengembangkan kreatifitas anak muda sekaligus menambah ilmu dan berbagi bersama.
Senin, 11 Februari 2013
Restu Ibu Imam Syafi'i
Sejak kecil, Imam Syafi'i telah hafal al-Quran
dan banyak hadis. Jika mendengar ada guru datang mengajar, dia segera
pergi untuk menimba ilmu. Ketika berusia 14 tahun, Imam Syafi'i
menginginkan kepada ibunya tentang keinginannya untuk merantau untuk
menambah ilmu. Awalnya, ibunya merasa berat untuk melepaskan karena
Syafi'i adalah satu-satunya harapan ibunya untuk menjaganya
di hari tua. Demi ketaatan dan kasih sayang Syafi'i kepada ibunya, dia
membatalkan keinginannya itu. Akhirnya ibunya mengizinkan Syafi'i
merantau untuk menambah ilmu pengetahuan. Sebelumnya melepaskan anaknya,
maka ibunya berdoa, "Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh Alam! Anakku
ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keredhaanMu. Aku
rela melepaskannya untuk menuntut pengetahuan peninggalan PesuruhMu.
Oleh karena itu aku bermohon kepadaMu, ya Allah agar dipermudah
urusannya. Peliharakanlah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar
aku dapat melihat kepulangannya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu
yang bermanfaat. Amin! " Selesainya berdoa ibunya memeluk Syafi'i kecil
dengan penuh kasih sayang dan dengan linangan air mata karena sedih
untuk berpisah. "Pergilah anakku. Allah bersamamu! Insya-Allah engkau
akan menjadi bintang ilmu yang paling gemerlapan dikemudian hari.
Pergilah sekarang karena ibu telah redha melepaskanmu. Ingatlah bahwa
Allah itulah sebaik-baik tempat untuk memohon perlindungan. " Setelah
ibunya berdoakan, Syafi'i mencium tangan ibunya dan mengucapkan selamat
tinggal. Dia meninggalkan ibu yang sangat dikasihinya dengan hati yang
pilu dan mengharapkan ibu selalu mendoakan kesejahteraannya dalam
menuntut ilmu. Karena kehidupannya yang sangat miskin, maka Syafi'i
berangkat dengan tidak membawa pasokan uang, kecuali dengan berbekalkan
doa ibunya dan cita-cita yang teguh untuk menambah ilmu sambil
bertawakkal kepada Allah. Ketika mahal kisah ini, Imam Syafi'i berkata,
"Sesekali aku menoleh kebelakang untuk melambaikan tangan kepada ibuku.
Dia masih berada pekarangan rumah sambil memperhatikan aku.
Lama-kelamaan wajah ibu menjadi samar ditelan kabut pagi. Aku
meninggalkan kota Makkah yang penuh barakah tanpa membawa sedikitpun
bekalan uang. Apa yang menjadi pasokan untuk diriku hanyalah Iman yang
teguh dan hati yang penuh tawakkal kepada Allah serta doa restu ibuku
saja. Aku serahkan diriku kepada Allah seru sekalian Alam. "
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar